Buona notte amici, selamat malam kawan.

Satu bulan terakhir sepertinya jadi bulan paling spesial bagi kita semua, saudara sehitam-putih. Setelah penantian yang tak sebentar, sulit rasanya mempercayai bahwa tim kesayangan kita bisa melangkah sejauh ini. Sebelumnya Juventus telah berhasil menyegel scudetto keempat secara beruntun jauh-jauh hari sebelumnya. Sebuah rekor berumur 70 tahun yang berhasil diulangi King Padoin cs. Belum lagi kesuksesan di ajang Coppa Italia pekan lalu, Jujur ini adalah Coppa Italia pertama saya sejak jadi Juventini (2003). Sangat luar biasa rasanya melihat tim kesayangan mengawinkan 2 gelar domestik sekaligus.
Selama ini Juve memang selalu dekat dengan trofi Coppa Italia. Mereka bahkan sering menembus semifinal, bahkan partai final, tetapi tak pernah sekalipun ia tergapai. Ya dekat, tapi tak tersentuh. Seperti kisah bang Rhoma dan Ani di film Gitar Tua. #ehh..
Keberhasilan Juventus meraih Coppa Italia musim ini benar-benar spesial. Ini adalah kejuaran bersistem knock-out pertama yang dimenangi Juve sejak piala Intertoto di akhir dekade 90-an.
Dan satu lagi yang sulit dipercaya, tim kesayangan kita berhasil melaju ke partai puncak Liga Champions. Dengan budget yang sangat terbatas, lalu dikepung 7 klub borjuis sejak masuk perempat final, Juve akhirnya tetap lolos dari lubang jarum dan kini dihadapkan pada partai pamungkas.
Di tengah krisis moneter yang melanda klub-klub Italia, adalah sebuah anti-teori bagi si Hitam-Putih dapat melaju sejauh ini. Menurut data Forbes per 2015, I Bianconeri berada di peringkat 9 klub sepak bola terkaya di dunia. Ya, posisi ke sembilan memang bukanlah angka yang mengecewakan, namun jika dibandingkan dengan kekayaan klub-klub elit seperti Real Madrid, Barcelona dan Bayern Munchen, harta milik Juventus jelas kalah jauh. Tiga atau empat kali lipat.
Oleh karenanya, keberhasilan King Padoin cs melenggang ke Berlin benar-benar di luar prediksi. Bukan hanya mayoritas fans, pengamat, serta rival, bahkan kubu internal Juventus sendiri pun tak menyangkanya. Bagaimana tidak, target awal yang mereka canangkan adalah lolos ke babak perempat final. Mereka cukup realistis melihat keadaan dan sumber daya yang dimiliki.
Dan kini, Juve telah melampaui ekspektasi. Teringat kembali pernyataan Leonardo Bonucci usai mengalahkan Dortmund di fase perdelapan final,
“Menjuarai Liga Champions memang seperti mimpi bagi kami, tak ada salahnya jika kami bermimpi. Namun jika mimpi itu bisa diwujudkan jadi kenyataan, maka darah pun siap kami tumpahkan di atas lapangan”

Satu bulan terakhir sepertinya jadi bulan paling spesial bagi kita semua, saudara sehitam-putih. Setelah penantian yang tak sebentar, sulit rasanya mempercayai bahwa tim kesayangan kita bisa melangkah sejauh ini. Sebelumnya Juventus telah berhasil menyegel scudetto keempat secara beruntun jauh-jauh hari sebelumnya. Sebuah rekor berumur 70 tahun yang berhasil diulangi King Padoin cs. Belum lagi kesuksesan di ajang Coppa Italia pekan lalu, Jujur ini adalah Coppa Italia pertama saya sejak jadi Juventini (2003). Sangat luar biasa rasanya melihat tim kesayangan mengawinkan 2 gelar domestik sekaligus.
Selama ini Juve memang selalu dekat dengan trofi Coppa Italia. Mereka bahkan sering menembus semifinal, bahkan partai final, tetapi tak pernah sekalipun ia tergapai. Ya dekat, tapi tak tersentuh. Seperti kisah bang Rhoma dan Ani di film Gitar Tua. #ehh..
Keberhasilan Juventus meraih Coppa Italia musim ini benar-benar spesial. Ini adalah kejuaran bersistem knock-out pertama yang dimenangi Juve sejak piala Intertoto di akhir dekade 90-an.
Dan satu lagi yang sulit dipercaya, tim kesayangan kita berhasil melaju ke partai puncak Liga Champions. Dengan budget yang sangat terbatas, lalu dikepung 7 klub borjuis sejak masuk perempat final, Juve akhirnya tetap lolos dari lubang jarum dan kini dihadapkan pada partai pamungkas.
Di tengah krisis moneter yang melanda klub-klub Italia, adalah sebuah anti-teori bagi si Hitam-Putih dapat melaju sejauh ini. Menurut data Forbes per 2015, I Bianconeri berada di peringkat 9 klub sepak bola terkaya di dunia. Ya, posisi ke sembilan memang bukanlah angka yang mengecewakan, namun jika dibandingkan dengan kekayaan klub-klub elit seperti Real Madrid, Barcelona dan Bayern Munchen, harta milik Juventus jelas kalah jauh. Tiga atau empat kali lipat.
Oleh karenanya, keberhasilan King Padoin cs melenggang ke Berlin benar-benar di luar prediksi. Bukan hanya mayoritas fans, pengamat, serta rival, bahkan kubu internal Juventus sendiri pun tak menyangkanya. Bagaimana tidak, target awal yang mereka canangkan adalah lolos ke babak perempat final. Mereka cukup realistis melihat keadaan dan sumber daya yang dimiliki.
Dan kini, Juve telah melampaui ekspektasi. Teringat kembali pernyataan Leonardo Bonucci usai mengalahkan Dortmund di fase perdelapan final,
“Menjuarai Liga Champions memang seperti mimpi bagi kami, tak ada salahnya jika kami bermimpi. Namun jika mimpi itu bisa diwujudkan jadi kenyataan, maka darah pun siap kami tumpahkan di atas lapangan”
Menghadapi Barcelona di partai final jelas bukanlah perkara mudah bagi tim kesayangan kita. Mereka adalah tim terbaik dunia saat ini, dengan pemain terbaik dunia di dalamnya (Lionel Messi). El Barca adalah langganan semifinal dan telah memenangi 3 Liga Champions dalam 10 tahun terakhir, bisa dimaklumi jika mereka diunggulkan banyak pihak.
Sang deputi Serie A mungkin under-dog pada partai ini. Namun perlu diingat, sejak dari fase grup Juve memang telah berstatus under-dog. Nyatanya, mereka tetap berhasil lolos dan membalikkan hitung-hitungan di atas kertas. Oleh karenanya, bukan tak mungkin status under-dog ini akan jadi senjata andalan Juventus menekuk tim terbaik dunia. Impossible is nothing..
Juventus tak akan gentar melawan tim terbaik dunia. Seperti kata petuah, UNTUK MENJADI YANG TERBAIK, ANDA PERLU MENGALAHKAN YANG TERBAIK.
Fino alla fine, Forza Juventus!!
Sang deputi Serie A mungkin under-dog pada partai ini. Namun perlu diingat, sejak dari fase grup Juve memang telah berstatus under-dog. Nyatanya, mereka tetap berhasil lolos dan membalikkan hitung-hitungan di atas kertas. Oleh karenanya, bukan tak mungkin status under-dog ini akan jadi senjata andalan Juventus menekuk tim terbaik dunia. Impossible is nothing..
Juventus tak akan gentar melawan tim terbaik dunia. Seperti kata petuah, UNTUK MENJADI YANG TERBAIK, ANDA PERLU MENGALAHKAN YANG TERBAIK.
Fino alla fine, Forza Juventus!!